BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pengetahuan tentang minyak bumi dan gas alam sangat penting
untuk kita ketahui, mengingat minyak bumi adalah suatu sumber eneri yang tidak
dapat diperbaharui, sedangkan penggunaan sumber energi ini dalam kehidupan kita
sehari-hari cakupannya sangat luas dan cukup memegang peranan penting. Sebagai
contoh minyak bumi dan gas alam digunakan sebagai sumber energi yang banyak
digunakan untuk memasak, kendaraan bermotor, dan industri, kedua bahan bakar
tersebut berasal dari pelapukan sisa-sisa organisme sehingga disebut bahan
bakar fosil.
Minyak bumi (Crude Oil) merupakan senyawa hidrokarbon.
Rantai karbon yang menyusun minyak bumi dan gas alam memiliki jenis yang
beragam dan tentunya dengan sifat dan karakteristik masing-masing. Sifat dan
karakteristik dasar minyak bumi inilah yang menentukan perlakuan selanjutnya
bagi minyak bumi itu sendiri pada pengolahannya.
1.2.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui
karakteristik dari minyak bumi.
2. Mengetahui
pembentukan dan komposisi minyak bumi.
3. Mengetahui
mengetahui metode pengolahan limbah minyak bumi.
4. Mengetahui
mengetahui manfaat dari minyak bumi.
5. Mengetahui
mengetahui sumber-sumber limbah minyak yang terdapat di lingkungan.
6. Mengetahui
dampak limbah minyak bumi terhadap lingkungan.
7. Memenuhi
tugas mata kuliah Kimia Industri, program studi Pendidikan Kimia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Palangka Raya.
1.3.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana karakteristik dari minyak
bumi?
2.
Bagaimana pembentukan dan komposisi dari
minyak bumi ?
3.
Bagaimana metode pengolahan limbah
minyak bumi?
4.
Apa saja manfaat dari minyak bumi ?
5.
Apa saja sumber-sumber limbah minyak
yang terdapat di lingkungan?
6.
Bagaimana dampak limbah minyak bumi
terhadap lingkungan?
1.4.
Batasan
Masalah
Isi makalah ini penulisan dibatasi dalam hal :
1. Karakteristik
dari minyak bumi.
2. Pembentukan
dan komposisi minyak bumi.
3. Metode
pengolahan limbah minyak bumi.
4. Manfaat
dari minyak bumi.
5. Sumber-sumber
limbah minyak yang terdapat di lingkungan.
6. Dampak
limbah minyak bumi terhadap lingkungan?
1.5.
Metode
Penulisan
Metode yang digunakan dalam
penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan, yaitu dengan cara mengambil
bahan-bahan dari buku-buku yang berkaitan dengan materi yang dibahas. Selain
itu materi yang diperoleh juga didapat dari sumber lain, yaitu internet.
BAB
II
ISI
A.
Karakteristik Minyak Bumi
1.
Sifat Kimia
Minyak Bumi
Minyak
bumi merupakan senyawa hidrogen dan Carbon (C dan H) ditambah beberapa senyawa
lain yang tidak dominan seperti: Nitrogen, Oksigen, Sulfur, Hidrogen Sulfida,
Porfirin dan senyawa Logam.
Senyawa
Hidrocarbon (HC) dapat digolongkan menjadi tiga:
a)
Hidrocarbon padat adalah senyawa hidrocarbon yang
bersifat padat. Contoh : Aspal
b)
Hidrocarbon cair adalah senyawa hidrocarbon yang
berbentuk cair. Contoh : minyak bumi yang merupakan rembesan di permukaan atau
di dalam reservoir.
c)
Hidrocarbon yang bersifat gas, ini selalu berasosiasi
dengan minyak bumi dan dapat berwujud gas bebas, gas yang terlarut dalam minyak
bumi (gelembung-gelembung gas) dan gas tercairkan, pada kondisi reservoir
dengan tekanan dan temperatur (suhu) yang tinggi maka gas akan mencair.
2.
Sifat Fisika
Minyak Bumi
Sifat
fisika minyak bumi yaitu :
a) Semakin
dalam terdapatnya minyak bumi serta semakin tua umurnya maka berat jenis minyak
bumi semakin kecil. Berat jenis minyak bumi berkisar antara 0,84 sampai 0,89.
b) Viskositas/
kekentalan (satuan centipoise/ cp) adalah daya hambatan suatu cairan bila
kedalam cairan tersebut dimasukkan suatu materi atau benda yang diputar.
Semakin kecil berat jenis minyak, semakin besar temperatur dan tekanan semakin
kecil viskositasnya.
c) Titik
didih dan titik nyala, titik didih adalah titik dimana minyak bumi mulai
mendidih. Semakin besar berat jenis, titik didih semakin tinggi. Titik nyala
adalah kemampuan materi untuk bisa terbakar. Semakin ringan berat jenis, titik
nyala semakin tinggi.
d) Warna,
senyawa hidrokarbon sebenarnya tidak berwarna, tetapi adanya impurities dan
senyawa- senyawa yang lain akan mempengaruhi warna dari minyak bumi. Untuk
minyak berberat jenis besar maka berwarna hijau kehitaman, sedang yang berat
jenis ringan berwarna coklat kehitaman.
e) Nilai
kalori minyak bumi cukup tinggi antara 11.700- 11.750 kal/ gram untuk minyak
BJ= 0,75 dan antara 10000- 10.500 kal/ gram untuk minyak BJ= 0,9- 0,95.
B.
Pembentukan dan Komposisi Minyak
Bumi
1.
Proses
terbentuknya minyak bumi dijelaskan berdasarkan dua teori, yaitu:
a)
Teori Anorganik
Teori Anorganik dikemukakan oleh
Berthelok (1866) yang menyatakan bahwa minyak bumi berasal dan reaksi kalsium
karbida, CaC2 (dan reaksi antara batuan karbonat dan logam alkali)
dan air menghasilkan asetilen yang dapat berubah menjadi minyak bumi pada
temperatur dan tekanan tinggi.
CaCO3 + Alkali → CaC2 + HO →
HC = CH → Minyak bumi
b)
Teori Organik
Teori Organik dikemukakan oleh Engker
(1911) yang menyatakan bahwa minyak bumi terbentuk dari proses pelapukan dan
penguraian secara anaerob jasad renik (mikroorganisme) dari tumbuhan laut dalam
batuan berpori.
2. Komposisi minyak bumi
Minyak bumi (petroleum) adalah campuran yang
kompleks, terutama terdiri dari hidrokarbon bersama-sama dengan sejumlah kecil
komponen yang mengandung sulfur, oksigen dan nitrogen dan sangat sedikit
komponen yang mengandung logam.
Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah, yaitu :
a) Alkana (parafin)
CnH2n + 2
b) alkana ini memiliki rantai
lurus dan bercabang, fraksi ini merupakan
yang terbesar di dalam minyak mentah.
c) Sikloalkana (napten)
CnH2n , Sikloalkana ada yang
memiliki cincin 5 (lima) yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu
sikloheksana.
Siklopentana
|
sikloheksana
|
d)
Aromatik
CnH2n -6
aromatik
memiliki cincin 6
|
Aromatik hanya terdapat
dalam jumlah kecil, tetapi sangat diperlukan
dalam bensin karena :
·
Memiliki
harga anti knock yang tinggi
·
Stabilitas
penyimpanan yang baik
·
Dan
kegunaannya yang lain sebagai bahan bakar (fuels)
Proporsi dari ketiga tipe
hidrokarbon sangat tergantung pada sumber
dari minyak bumi. Pada umumnya alkana merupakan hidrokarbon yang terbanyak
tetapi kadang-kadang (disebut sebagai crude napthenic) mengandung sikloalkana
sebagai komponen yang terbesar, sedangkan aromatik
selalu merupakan komponen yang paling sedikit.
Komposisi minyak bumi dikelompokkan ke
dalam empat kelompok, yaitu:
a.
Hidrokarbon Jenuh (alkana)
v Dikenal
dengan alkana atau paraffin
v Keberadaan
rantai lurus sebagai komponen utama (terbanyak), sedangkan rantai bercabang
lebih sedikit
v Senyawa
penyusun diantaranya:
a. Metana
CH4
b. etana
CH3 CH3
c. propana
CH3 CH2 CH3
d. butana
CH3 (CH2)2 CH3
e. n-heptana
CH3 (CH2)5 CH3
f. iso
oktana CH3 - C(CH3)2 CH2 CH (CH3)2
b.
Hidrokarbon Tak Jenuh (alkena)
v Dikenal
dengan alkena
v Keberadaannya
hanya sedikit
v Senyawa
penyusunnya:
a.
Etena, CH2 CH2
b.
Propena, CH2 CH CH3
c.
Butena, CH2 CH CH2
CH3
c.
Hidrokarbon Jenuh berantai siklik
(sikloalkana)
v Dikenal
dengan sikloalkana atau naftena
v Keberadaannya
lebih sedikit dibanding alkana
v Senyawa
penyusunnya :
a.
Siklopropana c. Siklopentana
b.
Siklobutana d. Siklopheksana
d.
Hidrokarbon aromatik
v Dikenal
sebagai seri aromatic
v Keberadaannya
sebagai komponen yang kecil/sedikit
v Senyawa
penyusunannya:
a.
Naftalena b. Benzena
b.
Antrasena d. Toluena
e.
Senyawa Lain
v Keberadaannya
sangat sedikit sekali
v Senyawa
yang mungkin ada dalam minyak bumi adalah belerang, nitrogen, oksigen dan
organo logam (kecil sekali).
Zat-Zat
Pengotor yang sering terdapat dalam minyak bumi:
- Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi
mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam
minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat
menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya
asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan
air.
- Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari
2 % dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik
apabila produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi
berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter,
anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat
berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.
- Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam
minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada
tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat
membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada
fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul
yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang
mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral
encer.
- Kontituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan
vanadium pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab
dapat menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan
coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine,
adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor
turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan
terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api),
menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.
C. Pengolahan
Minyak Bumi
Minyak
mentah (Crude oil) yang peroleh dari
pengeboran berupa cairan hitam kental yang pemanfaatannya harus diolah terlebih
dahulu. Pengeboran minyak bumi di Indonesia, terdapat di pantai utara Jawa
(Cepu, Wonokromo, Cirebon), Sumatra (Aceh, Riau), Kalimantan (Tarakan,
Balikpapan) dan Irian (Papua). Pengolahan minyak bumi melalui dua tahapan,
diantaranya:
1. Pengolahan
pertama
Pada tahapan ini dilakukan “distilasi bertingkat
memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan titik didihnya.
Komponen
yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah.
Sedangkan titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas
melalui sangkup-sangkup yang disebut sangkup gelembung.
2.
Pengolahan kedua
Pada tahapan ini merupakan proses lanjutan hasil
penyulingan bertingkat dengan proses sebagai berikut:
a.
Perengkahan (cracking)
b.
Ekstrasi
c.
Kristalisasi
d.
Pembersihan dari kontaminasi
Oleh
sebab itu perlu dinetralkan dengan kapur (gamping) setelah tahap
klorinasi.
D. Manfaat
Minyak Bumi
1. Bensin
Membicarakan
masalah bensin tentunya kalian sudah tidak asing lagi bukan? Bensin (gasoline atau
premium) terdiri dari campuran isomer-isomer heptana (C7H16)
dan oktana (C8H18). Bensin merupakan salah satu fraksi
minyak bumi terpenting yang berguna sebagai bahan bakar mesin dan kendaraan
bermotor. Bensin dapat diperoleh dari distilasi minyak bumi dan proses cracking yaitu pemutusan hidrokarbon
yang mempunyai rantai panjang dan dilakukan pada suhu 500 oC serta tekanan 25 atm. Proses cracking
dilakukan sebab fraksi bensin dalam minyak bumi relative sedikit.
Biasanya bensin masih ditambah
dengan zat-zat tertentu untuk meningkatkan efisiensi pembakarannya.
Efisiensi ini dinyatakan dalam
suatu bilangan yang dikenal dengan nama angka oktan. Untuk perbandingan dalam
menentukan bilangan oktan suatu jenis bensin digunakan nilai n-heptana dari
isooktana sebagai berikut.
1)
n-heptana mempunyai bilangan oktan = 0,
mengakibatkan knocking sangat tinggi.
2)
isooktana (2,2,4-trimetilpentana) mempunyai
bilangan oktan = 100, tidak mengakibatkan knocking.
Bensin yang tersusun oleh
hidrokarbon berantai lurus, ternyata kualitasnya kurang baik. Hal ini karena
bensin tersebut dapat mengakibatkan penyalakan (knocking atau ketukan) tak
terkendali pada mesin sehingga mesin bergetar sangat hebat dan menimbulkan
panas yang terlalu tinggi. Apabila hal tersebut terjadi, mesin akan cepat
rusak. Pada bensin yang tersusun oleh komponen hidrokarbon rantai bercabang,
peristiwa knocking dapat dihindari
sehingga mesin lebih awet. Angka okatan alkana rantai bercabang lebih tinggi
disbanding dengan alkana rantai lurus.
Terdapat tiga metode pengukuran
bilangan oktan sebagai berikut:
1)
Pengukuran bilangan oktan pada kecepatan
tinggi dari suhu tinggi (bilangan oktan kendaraan).
2)
Pengukuran bilangan oktan pada kecepatan
relative mencegah (bilangan oktan penelitian).
3)
Pengukuran bilangan oktan road-index,
yaitu bilangan oktan yang di ukur dari hidrokarbon murni.
Knocking pada mensin dapat
dikurangi dengan menambahkan bahan antiknocking, misalnya tetraethyl lead (TEL)
yaitu Pb(C2H5)4.. Bensin yang telah ditambah
TEL dan menunjukkan bilangan oktan oktan 80-90 disebut premium (bensin etil).
Bensin super mempunyai bilangan oktan 98.
Penambahan zat adiktif seperti TEL
ke dalam bensin dapat menimbulkan hasil samping yang mengganggu. TEL dalam
premium dapat menghasilkan partikulat Pb yang akan mengakibatkan polusi udara,
mengganggu pernapasan, dan membuat gigi mudah rapuh. Selain itu, juga dapat
mengakibatkan kerusakan sumsum tulang belakang, pembentukan hemoglobin
terganggu, dan terhambatnya kerja enzim. Sebagai penggantinya di gunakan zat
aditif berupa metiltersierbutil eter (MTBE).
Pencemaran lainnya yng di timbulkan
oleh bensin adalah gas CO (karbon monoksida) akibat pembakaran bensin yang
tidak sempurna. Reaksi pembakaran bensin
sebagai berikut :
2C8H18 + 25O2 → 16CO2
+ 18H2O. Apabila gas O2 dalam ruang mesin mencukupi,
reaksi tersebut akan berjalan dengan sempurna. Namun, biasanya gas O2
tidaklah mencukupi. Selain gas CO2 dan uap air, juga di hasilkan gas
CO, partikel – partikel karbon, dan asap tebal.
Gas
CO dapat berikatan dengan hemoglobin yang berfungsi mengikat O2 dan
mengedarkannya ke seluruh tubuh dari paru – paru. Karena hemoglobin lebih mudah
berikatan dengan CO di bandingkan dengan O2’ akibatnya tubuh kita
kekurangan oksigen. Dengan demikian, menghirup gas CO terlalu banyak dapat membuat
mati lemas. Ambang batas kadar CO di udara adalah di bawah 100 ppm. Udara
dengan kadar CO di atas 100 ppm akan menyebabkan sakit kepala dan cepat lelah.
Sementara kadar CO di atas 750 ppm dapat menyebabkan kematian.
E.
Sumber-Sumber Limbah Minyak Bumi
Berdasarkan
buku Pertamina (1986), sumber limbah cair minyak bumi berasal dari
kegiatan-kegiatan antara lain:
1.
Air pendingin di kilang minyak, dimana
bila terjadi kebocoran pada pipa pendingin, bocoran minyak akan terbawa air.
2.
Air sisa umpan boiler untuk pembangkit
uap air.
3.
Air sisa dari lumpur pembocoran.
4.
Air bekas mencuci peralatan-peralatan
dan tumpahan-tumpahan/ ceceran minyak di tempat kerja.
5.
Air hujan.
Perusahaan
minyak menghasilkan limbah minyak dalam bentuk lumpur dari berbagai lapangan
produksi. Menurut Damanhuri (1996), lumpur adalah bahan berfase solid yang
bercampur dengan media air (liquid), namun tidak dapat disebut atau disamakan
dengan air. Sedangkan limbah lumpur minyak (oil sludge) adalah kotoran minyak yang
terbentuk dari proses pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak yang tidak
dapat digunakan atau diproses kembali dalam proses produksi. Kandungan terbesar
dalam oil sludge adalah petroleum hydrocarbon (Pertamina, 2001), yang dapat
diolah dengan proses bioremediasi.
F.
Dampak Limbah Minyak Bumi
1.
Minyak Menyebabkan Gangguan Kesehatan
Serius
Gangguan-ganguan
kesehatan yang disebabkan minyak mungkin
sulit dibuktikan karena membutuhkan waktu yang panjang untuk menimbulkan dampak
kesehatan.
2.
Minyak Menyebabkan Munculnya Gangguan
Kesehatan Serius
Seperti
halnya dengan bahan-bahan kimia, gangguan-gangguan kesehatan yang disebabkan
minyak mungkin sulit dibuktikan karena memang butuh waktu yang panjang untuk
menimbulkan dampak kesehatan warga.Tetapi, sebagian besar warga yang tinggal di
dekat lokasi pengeboran minyak dan kilang sudah terbiasa dengan polusi udara
dan air dari minyak.Mengebor untuk mendapatkan minyak, memprosesnya, dan
membakar minyak sebagai bahan bakar, semua kegiatan ini akan mendatangkan
masalah-masalah kesehatan serius.Dampak Kesehatan Jangka Panjang.
3. Minyak
menyebabkan munculnya gangguan reproduksi
Menghirup
uap atau menelan makanan atau cairan yang terkontaminasi minyak dan gas dapat
menyebabkan munculnya problem kesehatan reproduksi seperti siklus haid yang
tidak teratur, keguguran, meninggal dalam kandungan, dan cacat lahir.
Masalah-masalah ini mungkin punya tanda-tanda peringatan dini seperti nyeri
lambung atau haid yang tidak teratur.
4. Minyak
menyebabkan kanker
Pemaparan
secara periodik dengan gas dan minyak menyebabkan kanker.Anak-anak yang tinggal
di sekitar kilang lebih mungkin mendapatkan kanker
darah (leukemia) dari pada mereka yang tinggal jauh dari fasilitas
tersebut.Orang-orang yang tinggal di kawasan pengeboran minyak lebih mungkin
mendapatkan kanker usus, kantong kemih, paru-paru daripada mereka yang tinggal
jauh dari lokasi pengeboran.Para pekerja di kilang-kilang minyak punya resiko
tinggi mengidap kanker mulut, usus, ulu hati, pankreas, jaringan sel, prostat,
mata, otak, dan darah.
Ketika
Texaco mulai mengebor untuk mencari minyak di Ekuador, kanker tidak dikenal di
kawasan ini.Empat puluh tahun kemudian, pada 2 daerah minyak yang paling sering
dieksploitasi di Amazon, para penggerak kesehatan komunitas mensurvei 80
komunitas. Mereka menemukan bahwa 1 dari 3 orang menderita sejenis kanker.
G. Pengolahan Limbah Minyak Bumi
Pengolahan
limbah minyak bumi dilakukan secara fisika, kimia dan biologi. Pengolahan
secara fisika dilakukan untuk pengolahan awal yaitu dengan cara melokalisasi
tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang
kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa ( oil skimmers)
ke sebuah fasilitas penerima “reservoar” baik dalam bentuk tangki
ataupun balon dan dilanjutkan dengan pengolahan secara kimia, namun biayanya
mahal dan dapat menimbulkan pencemar baru. Pengolahan limbah secara biologi
merupakan alternatif yang efektif dari segi biaya dan aman bagi lingkungan. Pengolahan
dengan metode biologis disebut juga bioremediasi, yaitu biotek-nologi yang
memanfaatkan makhluk hidup khususnya mikroorganisme untuk menurunkan
konsentrasi atau daya racun bahan pencemar (Lasari, 2010).
Secara
umum beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak yang menjadi limbah
diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi,
penggunaan sorbent,
penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil(Anonim,
1994).
In-situ
burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut,
sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan
dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini
membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak)
atau barrieryang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak
dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu,
penyebaran api sering tidak terkontrol.
Penyisihan
minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan
menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam
wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.
Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan
seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan
menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi
dapat menambahkannutrisidan oksigen,
sehingga mempercepat penurunan polutan.
Penggunaan
sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan
minyak pad permukaan sorbent) danabsorpsi (penyerapan
minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair
menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus
memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik,
mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan digunakan
ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput
kering, serbuk
gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir)
dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan
serat nilon).
Dispersan
kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet),
sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke
dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif
yang disebut surfaktan.
Washing
oil yaitu
kegiatan membersihkan minyak dari pantai.
Terdapat
tiga cara untuk mengatasi masalah lahan tercemar minyak yang dapat dipilih
berdasarkan jenis minyak pencemar, konsentrasi minyak pencemar dan lokasi
pencemaran, yakni dibakar, diberi disperser dan kemudian
dihisap kembali dengan skimmer untuk diolah di kilang minyak,
dan didegradasi dengan memanfaatkan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon.
Bioremediasi, pengelolaan yang mengandalkan degradasi dengan memanfaatkan
mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon, merupakan cara yang paling ekonomis
dan dapat diterima lingkungan. Bioremediasi dapat digunakan untuk mengatasi
masalah lahan tercemar minyak baik secara in situmaupun ex
situ. Biostimulation dan bioaugmentationmerupakan contoh
pelaksanaan bioremediasi secara in situ, sedangkan landfarming,
biopile, dancomposting merupakan contoh pelaksanaan
bioremediasi secara ex situ (Arifin et al., 2004).
Dalam
pelaksanaan bioremediasi, baik secara in situ maupun ex situ, perlu dilakukan
pemantauan terhadap proses pengolahan dan hasil akhir pengolahan. Hal itu perlu
dipantau adalah kandungan minyak bumi dan/atau kandungan total hidrokarbon
minyak bumi. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 128 tahun 2003
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan
Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologis mensyaratkan kandungan
total hidrokarbon minyak bumi yang tidak lebih dan 15 % di awal proses
bioremediasi. Selama proses bioremediasi, kandungan total hidrokarbon minyak
bumi perlu dipantau setidaknya setiap 2 minggu. Pemantauan kandungan bensena,
toluene, etil-bensena, silena, dan hidrokarbon polisilkik aromatic perlu
dilakukan di akhir proses bioremediasi. Kandungan total hidrokarbon minyak bumi
di akhir proses bioremediasi disyaratkan di bawah 1 %. Di akhir proses
bioremediasi, kandungan toluene, etil-bensena, silena, dan hidrokarbon polisilkik
aromatik disyaratkan masing-masing berada di bawah 10 ppm, sedangkan kandungan
bensena disyaratkan berada di bawah 10 ppm.
Limbah
industri minyak bumi (Oil sludge) yang berupa cairan dan padatan
merupakan obyek dalam makalah ini, limbah tersebut merupakan limbah bahan
beracun dan berbahaya (B3). Detoksifikasi dan degradasi limbah tersebut dapat
dilakukan secara biologis yang aman dan ramah lingkungan dengan menggunakan 3
jenis bakteri dan tumbuhan yang dikenal denganFitoremediasi. Penggunaan
eceng gondok untuk limbah cair dan sengon bermikoriza untuk pengolahan dan
penurunan zat organik dalam limbah padat diharapkan dapat menunjang
pengelelolaan limbah secara terpadu dan berkelanjutan di lingkungan industri
minyak pada khususnya dan umumnya bagi seluruh perindustrian (Rossiana et al.,
2007).
Fitoremediasi
adalah pemanfaatan tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan
mendetoksifkasi polutan, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam dan
mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator danfitochelator.
Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah yang
terkontaminasi polutan adalah pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan
limbah. Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik maupun anorganik
dalam bentuk padat, cair, dan gas (Salt et al., 1998).
Menurut
Corseuil & Moreno (2000), mekanisme tumbuhan dalam menghadapi toksikan
adalah: Penghindaran (escape) fenologis. Apabila pengaruh yang terjadi
pada tanaman musiman, tanaman dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada musim
yang cocok.
Ekslusi.
Tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik dan mencegah penyerapan
sehingga tidak mengalami keracunan.
Penanggulangan
(ameliorasi). Tanaman mengabsorpsi ion tersebut, tetapi berusaha untuk
meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukkan kelat (chelation),
pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi. Toleransi. Tanaman dapat
mengembangkan sistem metabolit yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksik
tertentu dengan bantuan enzim.
Tanaman
meremediasi polutan organik melalui tiga cara, yaitu menyerap secara langsung
bahan kontaminan, mengakumulasi metabolisme non fitotoksik ke sel-sel tanaman,
dan melepaskan eksudat dan enzim yang dapat menstimulasi aktivitas mikroba,
serta menyerap mineral pada daerah rizosfer. Tanaman juga dapat menguapkan
sejumlah uap air. Penguapan ini dapat mengakibatkan migrasi bahan kimia (
Schnoor et al., 1995 ).
Tanaman
melepaskan eksudatnya yang dapat membantu bioremediasi bahan organik oleh
mikroba agar bahan organik tersebut dapat diserap dan dimetabolisme dalam tubuh
tanaman. Penyerapan polutan berupa bahan organik dibatasi oleh mekanisme
penyerapan oleh tanaman dan jenis tanaman ( Schnoor, 2000).
Tanaman
dapat memperluas daerah perakaran menuju ke daerah yang terkena polutan (EPA,
2000). Beberapa bahan kimia dimineralisasi oleh tanaman dengan bantuan air dan
CO2. Tanaman mengeluarkan sekret melalui akar eksudat akar sebesar 10 – 20%
dari hasil fotosintesis melalui eksudat akar. Hal ini dapat membantu proses
pertumbuhan dan metabolisme mikroba maupun fungi yang hidup disekitar rizosfer.
Beberapa senyawa organik yang dikeluarkan melalui eksudat akar (misalnya
phenolik, asam organik, alkohol, protein) dapat menjadi sumber karbon dan
nitrogen sebagai sumber pertumbuhan mikroba yang dapat membantu proses
degradasi senyawa organic. Sekret berupa senyawa organik dapat membantu
pertumbuhan dan meningkatkan aktivitas mikroba rhizosfer ( Salt et al.,
1998 ).
Tumbuhan
mempunyai kemampuan untuk menahan substansi toksik dengan cara biokimia dan fisiologisnya
serta menahan substansi non nutritif organik yang dilakukan pada permukaan
akar. Bahan pencemar tersebut akan dimetabolisme atau diimobilisasi melalui
sejumlah proses termasuk reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisa enzimatis (Khan
et al., 2000).
Eichhornia
crassipes (Mart). Solms merupakan tumbuhan air
yang dapat menyerap hara dan logam berat dalam jumlah yang cukup signifikan.
Zat hara yang terserap oleh akar tanaman akan ditranslokasikan di dalam tubuh
tanaman. Hasil penelitian yang telah dilakukan di bak percobaan menunjukkan
bahwa penggunaan eceng gondok dengan penutupan 50% dari luas area percobaan
pengolahan limbah cair tahu dapat menurunkan residu tersuspensi 75,74 – 85,5 %
dan COD 55,52 – 76,83 % (Dhahiyat, 1990). Eichhornia crassipes ( Mart
). Solms dapat tumbuh dengan sangat cepat, yaitu mencapai 10 g m-2 per
hari. Hal ini berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara, seperti nitrat ( NO3-)
dan orthofosfat ( PO43-) Eichhornia
crassipes ( Mart ). Solms dapat menyerap nitrogen secara langsung
sebesar 5850 kg/ha per tahun dan dapat menyerap fosfor sebesar 350 – 1125 kg/
ha per tahun. Hal ini dapat mengurangi konsentrasi kontaminan pada limbah
perairan (McEldowney et al., 1993 ).
Tanaman
sengon merupakan tanaman Leguminosae, sering digunakan sebagai tanaman untuk
reboisasi karena bersifat fast growing trees.Selain mempunyai dua
nama latin yakni Albizia falcataria (L) Forberg dan Paraserianthes
falcataria(L) Nielsen, sengon mempunyai nama daerah yang bermacam-macam.
Hal ini dapat dilihat dengan adanya program pemerintah berupa proyek
“Sengonisasi” bagi daerah-daerah kritis yang rawan bencara erosi (National
Academy of Sciences, 1979). Manfaat penting dari penggunaan mikoriza adalah
asosiasi jamur dan tanaman berkemampuan sebagai biofertilizer, mendetoksifikasi
dan mendegradasi senyawa yang sukar diuraikan dalam tanah. Peranan mikoriza
dalam rizosfer adalah memfasilitasi pergerakan mineral tanah menuju tanaman.
Hasil
penelitian yang telah dilakukan di laboratorium, rumah kaca dan terakhir dalam
skala lapangan selama 6 bulan menunjukkan bahwa fitoremediasi limbah lumpur
minyak konsentrasi 20% dengan tanaman sengon (Paraserianthes
falcataria L. Nielsen) bermikoriza yang mediumnya diinokulasi
bakteri Pseudomonas mallei, Bacillus alvei dan Pseudomonas
sphaericus potensial untuk dikembangkan. Tanaman sengon mengalami
pertumbuhan baik selama fitoremediasi. Hasil analisis setelah fitoremediasi
menunjukkan bahwa terjadi penurunan kandungan minyak sampai 51,23% dan
kandungan logam berat Cd, Cr, Pb, Cu, Zn dan Ni.masing-masing sebesar 30,2%,
2,5%, 32,6%, 71,9%, 62,8% dan 47,09%. (Rossiana, 2005).
Saat
ini pengetahuan mengenai mekanisme fisiologi fitoremediasi mulai digabungkan
dengan biologi dan teknik untuk mengoptimalkan fitoremediasi sehingga terbagi
menjadi (Salt et al., 1998): Fitoekstraksi : pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi
polutan untuk memindahkan logam berat atau polutan organik dari tanah dengan
cara mengakumulasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen. Fitodegradasi :
pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk mendegradasi polutan
organik. Rhizofiltrasi : pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap polutan,
terutama logam berat, dari air dan aliran limbah. Fitostabilisasi : pemanfaatan
tumbuhan untuk mengurangi polutan dalam lingkungan. Fitovolatilisasi :
pemanfaatan tumbuhan untuk menguapkan polutan. Pemanfaatan tumbuhan untuk
memindahkan polutan dari udara.
Penggunaan
metode dan proses biologi dalam menurunkan kadar polutan yang bersifat toksik
terhadap lingkungan akibat adanya xenobiotik/zat yang menyebabkan pencemaran,
adalah nama lain dari bioremediasi (Baker & Herson, 1994). Bioremediasi
merupakan salah satu teknologi inovatif untuk mengolah kontaminan, yaitu
denganmemanfaatkan mikroba, tanaman, enzim tanaman atau enzim mikroba (Gunalan,
1996).
Metode
dan prinsip proses bioremediasi adalah biodegradasi yang dilakukan secara
aerob, oksigen dalam konsentrasi rendah akan mempengaruhi proses tersebut
(Eweis, et al.,1998). Pentingnya aerasi untuk memenuhi kekurangan
oksigen berkaitan dengan kurang efektifnya kerja enzim oksigenase dalam
penguraian fraksi aromatik. Selain oksigen, rendahnya kandungan nutrisi dalam
medium akan membatasi pertumbuhan mikroorganisme untuk mendegradasi.
Faktor
penghambat bioremediasi adalah bahan yang akan diremediasi mengandung klorin
atau logam berat. Kandungan logam berat baik dalam lumpur minyak maupun dalam
medium pasca bioremediasi akan mempengaruhi penguraian bahan organik, karena
akan menghambat kerja enzim dan populasi mikroorganisme yang selanjutnya akan
menjadi kendala bagi pertumbuhan tanaman (Garcia et al., 1995).
Selain
itu perlu ada upaya menghilangkan terlebih dahulu logam berat yang terdapat
dalam limbah dengan menggunakan adsorben sebelum proses bioremediasi.
Penggunaan pasir dan zeolit sebagai campuran dan adsorben alam penyerap logam
berat merupakan penanganan awal sebelum dilakukan proses lebih lanjut, sehingga
kemungkinan adanya proses inhibisi enzim oleh ion logam dapat diatasi.
Dalam
bioremediasi penggunaan mikrooorganismeindigenous (indigen) saja
masih belum maksimum sehingga diperlukan inokulasi mikroorganismeeksogenous (eksogen)
yang merupakan kultur campuran (konsorsium) beberapa jenis bakteri atau jamur
yang potensial dalam mendegradasi pencemar tersebut (Udiharto & Sudaryono,
1999).
Sedangkan
pengolahan limbah cair minyak bumi dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Incineration.
Incineration adalah salah satu cara untuk menguraikan liquid
wastes, dan dengan cara dan alat yang didesain baik dapat menghasilkaneffluent/
limbah yang memenuhi peraturan pencemaran. Liquid waste dari
sisi combustion dapat dikelompokkan atas : Combustible
Liquids
Partially
Combustible Liquids Combustible liquids tidak
dapat dikerjakan atau dibuang ke incinerator. Pada kelompok pertama
akan terdiri dari bahan-bahan yang mempunyai nilai yang cukup menunjang
pembakaran dalamcombustor, burner, atau alat lain yang
menghasilkan CO2 dan H2O bila dibakar. Kelompok kedua akan meliputi bahan-bahan
yang sulit terbakar tanpa penambahan bahan bakar. Bahan yang partially
combustible mungkin mengandung mateial yang terlarut dalam fase liquid,
bila zat inorganik akan membentuk inorganik oxida.
Dalam
pelaksanaannya harus dialirkan udara secukupnya pada suhu diatas ignation
point agar terjadi pembakaran yang cepat dan menghasilkan CO2, N2 dan
uap air. Karena pembakaran akan lebih cepat dan lebih baik bila bahan dalam
keadaan butir halus maka atomizer diperlukan untuk
menginjeksikan waste liquids ke incineratorbila viscositinya
memungkinkan.
Dilution
(Liquid Waste Dispersion)
Suatu cara lain
membuang cairan limbah yang dapat diterima adalah kembali ke lingkungan dengan
pengenceran secukupnya hingga tidak menimbulkan bahaya atau peracunan terhadap
lingkungan. Dengan perancangan subsurface disfersion system yang
baik, akan memungkinkan wadah penerima dapat menampung buangan secara memadai.
Beberapa peralatan yang dibutuhkan antara lain mencakup open end pipesdengan nozzle atau diffuser
system yang terdiri dari sederetan pipa-pipa kecil dengan
lubang-lubang atau celah. Limbah harus dapat dibuang pada sudut yang baik
terhadap aliran air agar terencerkan atau terdispersi secara sempurna. Pipa
dispersi harus ditempatkan sedemikian rupa agar discharge point cukup
jauh dari garis pantai, dengan demikian pabrik dan water intake akan
terlindungi.
Deep
Well Disposal
Cara
ini dilakukan oleh industri yang banyak membuang limbah asam lemah dalam jumlah
besar. Limbah tersebut dipompakan ke dalam lapisan tanah sampai pada lapisan
tanah yang cocok untuk menampung limbah. Lapisan tanah dimana limbah ditampung
harus lebih rendah dari lapisanfresh water circulation, dan area tadi
harus terisolasi oleh bahan yang kedap air.
Lapisan sandstones, limestones atau dolomiteumumnya
membentuk lapisan yang banyak mengandung air asin, tetapi cukup baik sebagai tempat
penampungan limbah cair. Sedangkan lapisan yang mengandung minyak, gas,
batubara dan belerang harus dijaga agar tidak tercemar limbah. Lapisan yang
kedap air harus berada diatas dan dibawah layer untuk
mencegah vertical escapedari buangan, atau dengan kata lain limbah
harus ditempatkan pada kedalaman tertentu. Penetapan area buangan harus
ditetapkan sesuai dengan keadaan subsurface geology, dimana daerah
yang banyak batuan vulkanik dihindari karena memungkinkan limbah lolos
kepermukaan tanah atau badan air.
Secara
Mikrobiologis
Limbah
minyak bumi banyak mengandung unsur Hidrokarbon. Limbah Hidrokarbon cair
bersifat hidrofob dan mempunyai kerapatan lebih rendah dari air. Oleh sebab itu
limbah ini selalu terapung diatas air. Pembuangan limbah ke sungai akan
menutupi permukaan air yang mengakibatkan oksigen terlarut menurun, dan pada
akhirnya tumbuh-tumbuhan air dan hewan air dapat mati. Untuk penanganan limbah
Hidrokarbon sebagai salah satu alternatif adaalah dengan menggunakan mikroba.
Penanganan
Limbah Hidrokarbon dimulai dengan pemisahan padatan dan pemisahan minyak yang
terdapat dalam limbah, dan selanjutnya dilakukan penanganan limbah secara
mikrobiologi untuk mendegradasikan Hidrokarbon dan senyawa organik lain. Efluent lebih
lanjut diolah secara kimiawi untuk menghilangkan senyawa fosfat dan nitrogen.
Selanjutnya logam-logam dan senyawa organik yang terlarut dipisahkan melalui
prosesfiltrasi dan absorbsi oleh karbon
aktif. Efluentsebelum dibuang, diklorinasikan untuk mematikan
mikroba patogen dan dinetralkan pH-nya sehingga aman bagi lingkungan.
Pengolahan
limbah Hidrokarbon secara mikrobiologis dilakukan dengan proses aerob.
Oleh sebab itu dalam kolam-kolam pengolahan limbah diperlukan aerasi yang
cukup agar oksidasi Hidrokarbon berlangsung. Aerasi yang
dilakukan adalah memasukkan oksigen ke dalam limbah melalui proses pengadukan.
Gabungan aerasi dan pengadukan lebih cocok karena permukaan
limbah yang luas membuat kontak mikroba menjadi lebih besar dan degradasi lebih
efektif. Hidrokarbon tidak akan larut dalam air pada saat pengadukan. Untuk
memperbesar distribusi mikroba dalam limbah Hidrokarbon, maka perlu ditambah
zat pengemulsi sehingga terjadi emulsi Hidrokarbon, maka perlu ditambah zat
pengemulsi sehingga terjadi emulsi Hidrokarbon dalam air. Selama degradasi,
maka temperatur harus diperhatikan. Temperatur akan naik dari suhu psikofilik
(4-20 ºC) sampai mesofilik (20-40 ºC). Namun hal ini tidak banyak mempengaruhi
aktivitas mikroba. pH limbah yang netral atau sedikit asam kurang mempengaruhi aktivitas
mikroba. Namun setelah dimetabolisme, maka pH efluent menjadi
asam. Oleh sebab itu perlu dinetralkan dengan kapur (gamping) setelah
tahap klorinasi.
Menurut
Sugiharto (1987), pengolahan limbah cair minyak bumi dilakukan dengan 2 cara
pengolahan pendahuluan (pre treatment), yaitu: Pengambilan/ penyedotan
minyak, dan menyaring kotoran atau sampah padat seperti daun-daunan, plastic
dan lain sebagainya.
Pengambilan
pasir-pasir yang mengendap yang didapat dari proses pengolahan minyak bumi
yaitu lumpur/ sludge.
Proses
pengambilan/ pengerukan pasir atau lumpur dilakukan setiap 3 bulan sekali dan
pasir atau lumpur yang telah dikeruk akan dibuang ke tempat khusus yang ada di
sekitar lokasi pengolahan limbah.
Pengendalian
Sumber Limbah Cair Minyak Bumi
Program
pengendalian pencemaran bahan buangan cair minyak bumi antara lain (Pertamina,
1986) : Mengoperasikan dan memelihara oil catcher (perangkap minyak) baik di
kilang maupun pusat pengumpul produksi dengan sebaik-baiknya.
Pemantauan
secara berkala jumlah dan jenis bahan buangan cair yang menuju ke perairan.
Melokalisir
tumpahan dan bocoran minyak sebagai akibat dari kecelakaan dan atau kerusakan
yang terjadi pada alat-alat pengangkut, penimbun, pengisian, dan lain-lain.
Mengambil
kembali tumpahan minyak.Penyediaan sarana penanggulangan pencemaran berupa
: oil sorbent, dispersant, oil skimmer dan dispersant
pump. Membakar tumpahan minyak yang tidak mungkin diambil kembali atau
dibersihkan.
Limbah
Padat Minyak Bumi
Pada
umumnya limbah padat yang dihasilkan adalahsludge (lumpur) yang
terdiri dari Arsen, Barium, Boron, Chromium, Cadmium, Mercury, Timbal dan
Seng. Sludge yang didapatkan dari pembersihan tangki akan
diolah ke dalam suatu bak untuk pengolahan lebih lanjut.
Limbah
Gas Minyak Bumi
Upaya
pengelolaan lingkungan yang dilakukan untuk mengurangi dampak kualitas udara
ambient yang berupa gas diantaranya : Melewatkan gas H2S kedalam larutan NaOH
atau Ca(OH)2 sehingga gas yang keluar merupakan sisa yang tidak tertangkap oleh
larutan NaOH atau Ca(OH)2.
Melakukan
pendinginan dan penangkapan gas yang keluar telah sesuai dengan udara luar.
Penanaman
tanaman pelindung di sekeliling lokasi Stasiun Pengumpul/ Stasiun Kompresor.
Melakukan
perawatan cerobong.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
·
Minyak bumi merupakan senyawa hidrogen dan
Carbon (C dan H) ditambah beberapa senyawa lain yang tidak dominan seperti:
Nitrogen, Oksigen, Sulfur, Hidrogen Sulfida, Porfirin dan senyawa Logam.
·
Pengolahan minyak bumi meliputi:
1) Distilasi’
2) Perengkahan
(cracking)
3) Ekstrasi
4) Kristalisasi
5) Pembersihan
dari kontaminasi
6) Dinetralkan
dengan kapur (gamping) setelah tahap klorinasi.
·
Manfaat minyak bumi seperti bensin. Bensin (gasoline atau premium) terdiri dari campuran
isomer-isomer heptana (C7H16) dan oktana (C8H18).
Bensin merupakan salah satu fraksi minyak bumi terpenting yang berguna sebagai
bahan bakar mesin dan kendaraan bermotor. Bensin dapat diperoleh dari distilasi
minyak bumi dan proses cracking yaitu
pemutusan hidrokarbon yang mempunyai rantai panjang dan dilakukan pada suhu 500
oC serta tekanan
25 atm.
·
Proses pembentukan minyak bumi yaitu berasal
dari reaksi kalsium karbida, CaC2 (dari reaksi antara batuan
karbonat dan logam alkali) dan air yang menghasilkan asetilena yang dapat
berubah menjadi minyak bumi pada temperatur dan tekanan tinggi.
·
Sumber-Sumber
Limbah Minyak Bumi
Berdasarkan buku
Pertamina (1986), sumber limbah cair minyak bumi berasal dari kegiatan-kegiatan
antara lain:
1) Air
pendingin di kilang minyak, dimana bila terjadi kebocoran pada pipa pendingin,
bocoran minyak akan terbawa air.
2) Air
sisa umpan boiler untuk pembangkit uap air.
3) Air
sisa dari lumpur pembocoran.
4) Air
bekas mencuci peralatan-peralatan dan tumpahan-tumpahan/ ceceran minyak di
tempat kerja.
5) Air
hujan.
·
Dampak minyak bumi terhadap lingkungan dan
kesehatan:
1) Minyak
Menyebabkan Gangguan Kesehatan Serius
2) Minyak
menyebabkan munculnya gangguan reproduksi
3) Minyak
menyebabkan kanker
B.
SARAN
Semoga
makalah yang kami buat ini dapat berguna bagi semua pihak. Jagalah Sumber
Energi kita.
C.
DAFTAR
PUSTAKA
Austin, T. George. 1985. Shreves Chemical Process Industries.
Mc Graw Hill Book
Company.
Fieser, Louis F and Mary Fieser. 1950. Organic
Chemistry. Second Edition. D.C.
Heatch and Company: Boston.
Mc Murry, Jhon. 1992. Organic Chemistry.
Third Edition. Brooks Publishing Company:
California.
Nawawi, Harun. 1955. Minyak Bum; dan Hasil
Minyak Bumi, Penggalian, Pengerjaan
dan Pemakaiannya. Penerbit Buku Teknik: Jakarta.
Wiseman, Peter. 1983. An Introduction to
Industrial Organic Chemistry. Second
Edition.
Applied Science Publisher: London.